Posts Subscribe comment Comments

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN MENORARGIA DAN ANEMIA BERAT DI RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN

LANDASAN TEORI HIPERMENOREA (MENORAGIA) I. PENGERTIAN Menoragia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, jadi pada siklus yang teratur disebut menorarghia. (Bagian obstetric dan ginekologi, UNPAD 1981) Menoragia adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. (Kapita Selekta, FK UI, 2001) II. ETIOLOGI 1. Hypoplasia Uteri Menurut beratnya, hypoplasia dapat mengakibatkan :  Amenorrhoe (uterus sangat kecil)  Hypomenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil)  Menorrhagia karena tonus otot rahim kurang. Terapy : Uterotonika 2. Asheteni Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang. Terapy : Uterotonika, Roborantia 3. Myoma Uteri Menorrhagia pada myoma disebabkan oleh :  Kontraksi otot rahim kurang kuat.  Cavum uteri luas  Bendungan pembuluh darah balik Terapy : uterotonika atau operasi 4. Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah. Bisa juga karena tonus otot kurang. 5. Infeksi : endometritis, salphingitis Infeksi menyebabkan hyperaemia 6. Retroflexio Uteri Karena bendungan pembuluh darah balik 7. Peradangan yang haemorragia  Endometriosis haemorragia seperti pada endometritis senilis, endometritis post partum. Perlu dilakukan kuretase untuk diagnosa maupun terapi.  Kolpitis haemorrhagia seperti pada kolpitis senilis. 8. Hormonal Menorrgia dapat juga dibagi sebagai berikut :  Perdarahan anatomis adalah perdarahan yang disebabkan karena ada kerusakan pada tractus genetalis seperti pada sebab-sebab yang telah dibahas diatas.  Perdarahan fungsional dan disfungsional yang tidak ada hubungannya dengan tumor, peradangan dan kehamilan. Dapat terjadi pada setiap umur, pada wanita yang dewasa tapi yang tersering terdapat pada masa pubertas dan klimakterium. Perdarahan fungsional dapat dibagi : a. Perdarahan Anovulatoar (yang tersering) Etiologi : 1. Sentral : Psycogen, Neurogen, Hipofiser 2. Periter : Ovarial (tumor atau ovarium yang polykistik) 3. Konstitusional : Kelainan gizi, metabolic, penyakit akut atau kronis b. Perdarahan Ovulatoar Perdarahan yang ovulatoar harus dianggap organis kecuali kalau ada bukti-bukti yang bertentangan. Etiologi : 1. Corpus luteum persistens (penyakit halban) 2. Kelainan pelepasan endometrium 3. Hypertensi 4. Kelainan darah 5. Penyakit akut atau kronis Diagnosa :dapat dibuat dengan curettage percobaan dalam stadium sekresi atau dengan kurve suhu basal. Adapun penyebab lain dari Menoragia 1. Sebab-sebab Organik Perdarahan dari uterus, tuba, ovarium, dan vagina disebabkan oleh kelainan pada : a. Vagina Varices pecah, metastase-korio karsinoma, keganasan vagina. b. Serviks Uteri Seperti polipus sevisis uteri, erusio portionis, ulkus pada portio uteri, karsinoma uteri c. Corpus Seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus yang sedang berlangsung, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, sobin volusia uteri karsinoma corpus uteri, sarcoma uteri, mioma uteri. d. Tuba Fallopii Seperti kehamilan Ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. e. Ovarium Seperti radang ovarium dan tumor ovarium. 2. Sebab-sebab Fungsional (Disfungsional) Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic atau kelainan organic alat genetalia, tetapi gangguan mata rantai hormonal aksis hipotalamus-hipofisis dan ovarium disebut perdarahan dysfungsional. Kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. 2/3 dari wanita-wanita yang dirawat dirumah sakit untuk pedarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri. Jarang diperlukan perawatan di rumah sakit, perdarahan terbagi menjadi ovulatoar dan anovulatoar. III. PATOLOGI Schoder pada tahun 1915,, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi karena persistensi folikel yang tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya hyperplasia endometrium karena stimulant esterogen yang berlebihan dan terus-menerus. Penjelasan ini masih diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional. Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan fungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atrofik, hiperflasik, proliferatif dan sektoris, dengan endometrium jenis nonsekresi dan endometrium jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulator dan ovulator. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari factor-faktor neuromuscular, fasomotorik, atau hematologik yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan anovulator biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin. IV. GAMBARAN KLINIK a. Perdarahan Ovulatoar Perdarahan ini merupakan kurang dari 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulator perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan jika perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanda adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya. 1. korpus luteum persisten, dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. Diagnosis dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc. Lenon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe non sekresi. 2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh LH releazing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsy endometrial dalam fase luteal tidak cocok untuk gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan. 3. Apopleksia uteri, pada wanita tentang hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. 4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah. b. Perdarahan Anovulatoar Stimulasi dengan esterogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya esterogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklik, kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan esterogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh esterogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hyperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dari kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulator. Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi setiap waktu dalam kehidupan menstruasi seorang wanita, namun hal ini paling sering terjadi pada masa pubertas dan pada masa premenopause. Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan proses menstruasi pada hipotalamus dengan akibat bahwa pembuatan LH dan hormone gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa premenopause proses terhentinya fungsi ovarium tdak selalu berjalan dengan lancer. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulator pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa premenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.. Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolic, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dsb. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional, tanda adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun diluar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosinal seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan anovulator. Biasanya kelainan pada perdarahan ini hanya untuk sementara waktu saja. V. PENANGANAN Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahn berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus. Perdarahan sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan : a. Esterogen dalam dosis tinggi supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara IM di propionas estradiol 2,5 mg. Keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi. b. Progesteron : pertimbangan disini bahwa sebagian besar perdarahan fungsi anal bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg secara IM atau dapat diberikanper OS sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi-progesteron (provera) 10 mg yang dapat diulangi. Terapi berguna pada wanita dalam masa pubertas. Androgen mempunyyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama mengingat bahaya vilirisasi. Dapat diberikan proprions testosteron 5 mg/IM yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metil testosteron per OS kurng cepat hasilnya. Kecuali pada wanita pada masa pubertas terapi yang paling baik ialah dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting baik untuk terapi maupun untuk diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah dan lain-lain yang menjadi penyebab perdarahan tentunya penyakit itu harus ditangani. Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsionaltimbul lagi dapat diusahakanterapi hormonal, pemberian esterogen saja kurang bermanfaat karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi esterogen secara endogen cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut di atas, pemberian esterogen dan progesteron di dalam kombinasi dapat di anjurkan untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi dapat digunakan mulai hari ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari, dapat pula diberikan progeteron untuk 7 hari ke 21 siklus haid. Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan disfungsional yang berulang. Terapi per OS umumnya lebih dianjurkan daripada suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5mg/hari, dalil dalam terapi dengan androgen adalah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin. Terapi dengan klomifem yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada perdarahan anovulator, umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini lebih tepat pada infertilitas dengan siklus anovulator sebagai penyebab. Sebagai tindakan terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi. ASKEB TEORI I. PENGKAJIAN Biodata a. Nama : Ditanyakan agar dapat mengenal / memanggil pasien dan tidak keliru dengan pasien lain. b. Umur : Untuk mengetahui keadaan ibu termasuk wanita muda / tua (Depkes RI : 30) c. Agama : Untuk memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan pendekatan dalam pelaksanaan asuhan. (Depkes RI 1995 : 14) d. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektualnya (Depkes RI 1995 : 14) e. Pekerjaan : Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat yang diberikannya sesuai. (Christina, 1993 : 84) f. Suku / Bangsa : Untuk mengetahui / mengadakan stastistik tentang kelahiran dan untuk mengetahui kepercayaan / budaya yang dianut. (Christina, 1993 : 84) g. Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal di mana, menjaga kemungkinan bila namanya ada yang sama, dilakukan juga untuk kunjungan kepada pasien. (Christina, 1993 : 84) DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Utama Pada pasien dengan diagnosa menorarghia / hipermenorarghia, mengeluh mengalami perdarahan yang banyak saat menstruasi dan berlangsung lama (8-15 hari). 2. Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Ibu Untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu karena penyakit yang pernah dialami ibu juga menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian terapi dan pelaksanaan asuhan. b. Riwayat penyakit Keluarga Untuk mengetahui apakah keluarga nona / orang yang tinggal bersama nona mempunyai penyakit kronis, menular dan menurun. 3. Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui alat-alat kandungan normal / tidak yang meliputi meliputi menarche, siklus/lama menstruasi, warna/jumlah, dismenorrhoe, flour albus, HPHT. 4. Riwayat Perkawinan Terdiri dari status, usia saat kawin, lama perkawinan guna membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. (Christina, 1993 : 83) 5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Ditanyakan untuk mengetahui apakah di dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang lalu terdapat penyulit atau kelainan-kelainan. 6. Riwayat KB Untuk mengetahui jenis, lamanya dan keluhan yang dirasakan ibu ketika menggunakan kontrasepsi tersebut. Selain itu juga karena dalam penggunaan alkon juga dapat berakibat perubahan pola haid. 7. Pola Aktivitas sehari-hari  Nutrisi : Untuk mengetahui apakah kebutuhan nona terpenuhi baik selama dirumah maupun di RS.  Aktifitas : Dikaji untuk mengetahui aktifitas nona baik di rumah maupun di RS.  Eliminasi : Dikaji untuk mengetahui pola BAB dan BAK nona baik di rumah dan di RS.  Personal Hygiene : Untuk mengetahui keadaan kebersihan alat reproduksi ibu.  Istirahat : Untuk mengetahui bagaimana istirahat nona baik di rumah maupun di RS. 8. Riwayat Psikososial Dikaji untuk mengetahui : • Psikologi nona terhadap kondisinya. • Pengambil keputusan dalam keluarga. • Dukungan keluarga. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum K/U : Ditujukan untuk pemeriksaan postur tubuh, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Kesadaran : Composmentis, apatis, samnolenta, coma. TTV : TD : Untuk mengetahui tekanan sistole dan diastole. Normal sistole 100-140 mmHg dan normal diastole 60-80 mmHg. S : Untuk mengetahui temperatur tubuh (normal 36-37ºC) N : Denyut nadi dihitung berdasarkan frekuensi denyut per menit, normalnya 60-100 x/menit Rr : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan per menit, normalnya 16-24 x/mnt 2. Pemeriksaan Khusus Inspeksi  Muka : pucat/tidak, oedema/tidak.  Mata : conjuntiva pucat/tidak, sclera kuning/tidak.  Abdomen : ada pembesaran/tidak jika ada berapa TFUnya Palpasi  Abdomen : ada benjolan abnormal/tidak, nyeri tekan/tidak. 3. Pemeriksaan Penunjang Hb : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Normalnya : 12-16 gr% (KDM, 2005:283) II. INTERPRETASI DATA DASAR  Dx : Kesimpulan yang ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh bidan dalam ruang lingkup praktek kebidanandan memenuhi standart nomenklatur diagnosa kebidanan. Misal : Dx : Menorarghia  Ds : Data yang diperoleh dari klien berdasarkan anamnesa (Manajemen Askeb 5) Yaitu : - Nona mengatakn keluar darah yang banyak dari kemaluannya sejak 3 hari yang lalu. - Nona cemas dan khawatir atas kondisinya.  Do : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan lain yang mendukung diagnosa. (Manajemen Askeb 5) Yaitu : - K/U : baik / cukup / lemah - Kesadaran : composmentis / samnolen / apatis / koma - Inspeksi : Muka, mata, abdomen, genetalia. - Hb :  Masalah : Masalah yang timbul berhubungan dengan diagnosa Yaitu : Nona merasa cemas dan khawatir atas keadaannya.  Kebutuhan : pemecahan masalah yang dialami nona sehingga ibu merasa nyaman. Yaitu : Penjelasan tentang keadaan nona. III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL  Diagnosa Potensial adalah mengidentifikasi diagnosa potensial yang lain berdasarkan diagnosa yang ada. Yaitu : - Anemia berat - Syok hipovolemik  Masalah Potensial adalah mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi berdasarkan masalah yang berkelanjutan. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Mengidentifikasikan kebutuhan segera yang diperlukan oleh pasien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa penderita sehingga harus dengan segera di konsultasikan / kolaborasi atau rujukan dengan anggota tim kesehatan lain. V. INTERVENSI Merupakan langkah-langkah yang akan di lakukan oleh petugas kesehatan melalui asuhan yang akan di berikan sesuai dengan diagnosa masalah dan kondisi penderita dari hasil pemeriksaan meliputi penyusunan langkah yang berupa terapi dan HE. Yaitu :  Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu.  Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.  Minta keluarga untuk menyiapkan darah  Pasang D cath  Motivasi ibu untuk konsumsi makanan yang tinggi protein dan zat besi. VI. IMPLEMENTASI Dalam implementasi ini berisi tentang tindakan yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan sesuai dengan rencana yang sudah disusun sesuai dengan diagnosa dan kondisi penderita. VII. EVALUASI Langkah terakhir yang digunakan dalam manajemen kebidanan, di dalam evaluasi ini kita dapat menilai evaluasi hasil dan evaluasi proses. TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “Z” DENGAN MENORARGHIA DAN ANEMIA BERAT DI RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBHU BANGKALAN I. PENGKAJIAN Hari / tanggal : 8 Januari 2009 Jam : 09.30 Reg : 052635 Biodata Nama : Nn. “Z” Umur :14 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pelajar DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Utama Nona datang ke RS mengatakan menstruasi dua hari yang lalu dengan perdarahan yang sangat banyak, nona juga merasa pusing dan lemas. 2. Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Nona Nona mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit menurun seperti asma dan DM. b. Riwayat Penyakit Keluarga Nona mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS, dan penyakit menurun seperti DM dan asma. 3. Riwayat menstruasi  Menarche : 13 tahun  Siklus/lama : 28 hari / 5-7 hari  Dysmenorhoe : -  Jumlah : sedang  Flour albus : + sebelum menstruasi, tidak bau, putih  HPHT : 17-12-2008 4. Pola Aktifitas sehari-hari a. Nutrisi Selama di rumah : Nona makan 3x/ hari, porsi sedang dengan nasi , lauk pauk, sayur dan minum ± 7 gelas/hari Selama di RS : Nafsu makan ibu menurun, ibu hanya memakan sedikit saja makanan yang disediakan RS. b. Eliminasi Selama di rumah : Nona BAK ± 5x/hari, BAB 1x sehari Selama di RS : c. Aktifitas Selama di rumah : Nona beraktifitas sebagai seorang pelajar Selama di RS : Nona dapat beraktifitas di tempat tidur dan mobilisasi ringan seperti miring kanan dan kiri. d. Istirahat Selama di rumah : Nona istirahat malam ± 7 jam Selama di RS : Nona lebih banyak istirahat walaupun disertai rasa cemas akan kondisinya 5. Riwayat Psikososial • Nona merasa cemas dan khawatir dengan perdarahan yang dialaminya. • Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah • Keluarga mendukung ibu dalam pengobatan yang dilakukan. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Lemah Kesadaraan : Composmentis TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit S : 36,5 º C 2. Pemeriksaan Khusus Inspeksi - Muka : Pucat, tidak oedema - Mata : Conjuntiva pucat, skelera tidak kuning - Genetalia : Keluar darah dari vagina ±500cc, merah kehitaman, berbau anyir. Palpasi - Abdomen : Tidak ada pembesaran uterus, nyeri tekan pada atas symphisis 3. Pemeriksaan Penunjang Hb : 3,6 gr % II. INTERPRETASI DATA DASAR Dx : Nn “Z” dengan menorarghia dan anemia berat Ds : - Nona mengatakan keluar darah yang banyak dari kemaluannya pada saat menstruasi sejak 2 hari yang lalu. - Nona mengatakan hari mens terakhirnya tanggal 17 Desember 2008 - Nona merasa pusing, cemas dan khawatir atas kondisinya. Do : - Keadaan Umum : Lemah - Kesadaran : Composmentis - TTV : TD : 100/60 mmHg N : 80 x/menit S : 36,5 º C - Pemeriksaan Fisik Muka : Pucat Mata : Conjuntiva pucat Abdoment : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan atas symphisis Genetalia : Ada pengeluaran darah dari vagina ±250 cc, merah segar. - Data Penunjang Hb :3,6 gr% Masalah : Nona merasa cemas dan khawatir atas kondisinya Kebutuhan : Berikan penjelasan pada nona tentang kondisi dan penyakit yang dialami. III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL Tidak ada IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA - Perbaiki keadaan umum ibu, observasi TTV - Kolaborasi dengan dr. Mulyadi, Sp.OG untuk pemberian terapi dan tindakan medis yang akan dilakukan seperti: • Transfusi darah sampai Hb baik • Injeksi kalnex 3x1 ampul V. INTERVENSI 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi anak, serta pengobatan dan tindakan yang akan dilakukan. 2. Pasang infus untuk memperbaiki keadaan umum nona 3. Lakukan pemeriksaan penunjang seperti test Hb dan planotest 4. Pasang dower cateter 5. Minta keluarga menyiapkan darah untuk transfusi 6. Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein dan zat besi. VI. IMPLEMENTASI Tanggal : 08-01-2009 Jam : 10.00 Wib - Melakukan observasi TTV nona dan memperbaiki keadaan umum nona dengan memasang infus RL - Melakukan kolaborasi dengan dr. Mulyadi, Sp.OG dalam pemberian terapi dan tindakan medis yang akan dilakukan Memberikan transfusi darah sampai Hb baik - Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi nona Bahwa nona sedang mengalami perdarahan yang banyak sehingga nona perlu dirawat dan diberi transfusi darah hingga kondisinya membaik. - Meminta keluarga untuk menyiapkan darah dengan golongan darah B segera, untuk dilakukan transfusi darah karena kondisi nona sangat lemah. - Melakukan pemasangan dower kateter untuk mempermudah pengosongan kandung kencing sehingga nona tidak perlu turun atau jalan ke kamar mandi untuk buang air kecil mengingat kondisi nona yang sangat lemah (tidak memungkinkan) - Melakukan pemeriksaan penunjang • Test Hb : untuk mengetahui Hb nona sehingga tepat dalam menentukan diagnosa dan asuhan yang akan diberikan. Hasil, Hb : 3,6 gr%. • Planotest : untuk mengetahui nona hamil atau tidak sehingga tepat dalam menentukan diagnosa. Hasil, (-) Jam 13.00 WIB - Melakukan transfusi darah (colf I golongan darah B) - Meminta keluarga untuk mengusahakan darah kembali. - Memotivasi nona untuk mengkonsumsi makanan yang sudah disediakan oleh RS, atau nona bisa makan makanan lain namun yang bergizi terutama makanan yang mengandung protein dan zat besi tinggi misal telur, ikan laut, daging dan sayuran hijau karena semua bahan makanan tersebut sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel baru terutama sel darah merah, untuk menyeimbangi perdarahan yang sudah dikeluarkan nona. - Memberikan teraphy regumen 2x1 tablet, Santa E 2x1 tablet. Jam 14.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi pasien. - Melanjutkan infus RL - Meminta keluarga untuk mengusahakan darah lebih cepat. - Melakukan observasi TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,7ºC Jam 19.00 WIB - Menganjurkan nona untuk meminum obat yang telah diberikan. - Mengganti cairan RL Jam 21.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi nona - Memastikan keadaan nona tidak bertambah buruk. Tanggal 09-01-2009 Jam 07.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi pasien - Menganjurkan nona untuk meminum obat yang telah diberikan. - Meminta keluarga untuk mengusahakan darah lebih cepat. - Melakukan observasi TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,7ºC Jam 14.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi pasien - Memotivasi ibu untuk makan makanan yang telah disediakan RS, atau makan makanan yang disukai nona namun yang bergizi. Jam 15.30 WIB - Keluarga datang membawa 3 colf darah golongan B - Melakukan cek Hb hasilnya 7 gr % Jam 14.00 WIB - Melakukan transfusi darah (colf II masuk) Jam 21.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi pasien. - Menganjurkan keluarga untuk segera melapor jika darah yang ditransfusi sudah habis. Tanggal 10-01-2009 Jam 01.00 WIB - Menganjurkan / meminta keluarga untuk mengempit darah yang baru dikeluarkan dari kulkas untuk melakukan transfusi darah. Jam 03.00 WIB - Melakukan transfusi darah colf III masuk. Jam 07.00 WIB - Melakukan overan dan mengecek kondisi pasien. - Menganjurkan nona untuk tetap meminum obat yang telah diberikan. Jam 13.00 WIB - Melakukan cek Hb, hasilnya : 11gr % - Menyarankan keluarga untuk mengembalikan sisa darah ke PMI Jam 14.00 WIB - Melakukan overan serta mengecek kondisi pasien. - Melakukan observasi TTV TD : 110/60 mmHg N : 84 x/mnt S : 36ºC Jam 16.00 WIB - Nona diperbolehkan pulang. - Memberikan HE: Aktifitas : nona disarankan untuk mengurangi aktivitas sampai kondisinya benar-benar sehat Nutrisi : nona dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung zat besi seperti sayur-sayuran. Personal Hygiene : nona dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya terutama di daerah genetal. VII. EVALUASI Tanggal : 10-01-2009 Jam : 16.00 Ibu mengatakan keadaannya sudah mulai membaik. K/U : baik, Kesadaran : composmentis, TTV : TD : 110/60 mmHg, S : 36ºC, PU : 500 cc, N : 88 x/menit, Hb:11gr%, dengan post menorarghia, Ibu berjanji akan melakukan semua saran dari bidan, serta meminum teraphy yang telah diberikan.

0

Silahkan Tulis Komentar Anda ...